West timor also indicates an area of influence from the native peoples of irian to the west. The impression was enhanced by the fact that former human fossils found in the historical caves in the western flores reflect the racial traits of austro-melanesoid
Timor Barat, juga menunjukkan adanya suatu daerah pengaruh dari penduduk asli Irian itu ke arah barat. Kesan diperkuat dengan fakta bahwa fosil-fosil bekas manusia yang ditemukan di gua-gua prehistoris di Flores Barat itu menunjukkan ciri-ciri ras Austro-Melanesoid 5), Di samping itu tentu harus juga diperhatikan kemungkinan-kemungkinan adanya perkembangan-perkembangan kebudayaan-kebudayaan khusus karena isolasi, di wilayah-wilayah tertentu dap adanya persebaran pengaruh kembali dari pulau-pulau tadi ke Irian. ,
Di bagian barat dari kepulauan Indonesia orang Austro-Melanesoid, nenek moyang dari manusia Wajak itu, mengembangkan suatu kebudayaan yang pada dasarnya sama dengan kebudayaan kelompokkelompok yang berada di Irian, tetapi yang menunjukkan beberapa sifat khas pada gaya alat-alat batunya. Pada dasarnya mereka juga hidup dari berburu, meramu, dan menangkap ikan di rawa-rawa dan muara-muara sungai. Mereka juga tinggal dalam perkampungan-perkampungan abris sous roches di muara-muara sungai dekat pantai. Peralatan mereka pada umumnya sama terdiri darj alat-alat serpih-bilah yang kasar serta alat-alat lain dari tulang, tanduk dan kerang. Mereka pun belum mengembangkan alat busur dan panah. Adapun suatu alat yang tidak ada pada kelompok-kelompok di Irian dan Indonesia Timur, adalah sebuah kapak genggam dari batu berbentuk diskus lonjong yang mempunyai suatu sisi bekas pecahan yang kasar dan suatu sisi luar yang lebih halus. Kapak itu sering diasah pada bagian tajamnya. Lain perbedaan antara orang Austro-Melanesoid di Indonesia Barat dengan di Indonesia Timur adalah, bahwa di Indonesia Barat orang rupa-rupanya suka makan binatang kerang. Sisa-sisa kulit kerangnya mereka buang di suatu tempat timbunan sampah di luar perkampungan mereka dan dengan demikian sering ikut terbuang juga di dalam timbunan-timbunan sampah itu alat-alat yang tidak terpakai lagi.
Persebaran dari manusia Austro-Melanesoid yang makan binatang
kerang terurai di atas, dapat direkonstruksi justru dari bekas-bekas timbunan sampah tadi, yang oleh para ahli prenistori disebut kjokkenmoddinger (5 sampah dapur). 6) Sekarang tempat-tempat itu berupa bukit-bukit kerang yang mengandung alat-alat dari zaman prehistori dengan suatu corak tertentu yang ditandai antara lain oleh kapak genggam berbentuk diskus lonjong tersebut di atas. Contoh yang paling terkenal dari bukit-bukit kerang serupa itu telah diketemukan di Sumatra Timur dan Utara dekat Medan, dekat Langsa di Aceh dan di Perak, Kedah dan Pahang di Malaysia.
5) Lihat karangan Teuku Jacob, o.c. 1967 him. 79 -114. 6) Istilah itu adalah bahasa Denmark, karena di sanalah tempat-tempat penggalhan alat-alat prehistori serupa itu untuk pertama kalinya ditemukan.